Pedir Museum- Dalam Pandangan Peneliti Sejarah Islam: Taqiyuddin Muhammad



Pedir Museum


Hasil gambar untuk yuk belajar manuskrip pedir museum
Masykur Syafruddin-CEO Pedir Museum

Pedir Museum adalah sebuah cita-cita yang wujudnya terbentuk secara bertahap. Penggagas dan pendirinya adalah Ananda Masykur Syafruddin, anak muda kelahiran Lueng Putu, Pidie Jaya.
Dengan membawa nama lama sebuah negeri bersejarah yang kini terbelah menjadi dua kabupaten, yakni Pidie dan Pidie Jaya, kecambah museum ini tampak tumbuh dengan baik, dan diharapkan nantinya akan memiliki masa depan yang terang.
Investasi yang mengalir dari setiap batin tulus, tentu, masih sangat diharapkan demi kelanjutan pengembangan wujud cita-cita mulia tersebut. Dan dalam hal ini, Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa) akan selalu mengawal cita-cita itu sampai suatu hari kemudian dapat terwujud secara utuh dan kukuh di bumi kenyataan.
Akta Waqaf Haji Habib bin Buja' Al-Asyi
Dalam kesempatan pameran di ruang edukasi Museum Negeri Aceh selama hari-hari Pekan Kebudayaan Aceh ke-7 tempo hari, pada hari penutup, Pedir Museum telah merilis dan memamerkan satu fotokopi arsip yang penting dimaklumi oleh masyarakat Aceh secara umum. Kepentingannya tidak saja dari sisi sejarah, tapi juga dari sisi keterkaitannya dengan suatu manfaat yang masih diterima oleh orang Aceh sampai dengan hari ini, bahkan sampai ke masa depan.
Fotokopi arsip tersebut berasal dari fotokopi arsip yang dipegang oleh Pemerintah Aceh sejak sekian lama tapi tampaknya tidak pernah dipublikasikan secara utuh kepada masyarakat. Pedir Museum lewat pamerannya tempo hari telah mempublikasikan fotokopi arsip tersebut secara utuh disertai suntingan dan terjemahan teksnya.
Saya telah mencermati publikasi itu, dan untuk kemudian, saya tidak pernah dihinggapi sedikit pun kesangsian bahwa fotokopi arsip tersebut memang merupakan hasil reproduksi fotografis terhadap arsip asli. Sebagai salah satu hasil dari pencermatan, patut pula, di sini, saya menyatakan bahwa Pedir Museum sepenuhnya benar dan tepat dengan pemberian tajuk publikasinya: Arsip Surat Pengesahan Waqaf Haji Habib bin Buja' Al-Asyi (Orang Aceh) oleh Qadhi Makkah Al-Musyarrafah, Syaikh 'Abdul Hafizh bin Darwisy Al-'Ujaimi (wafat 1246 Hijriah) pada 18 Rabi'ul Akhir 1224 Hijriah.
Dari sana, saya kemudian disadarkan pula terhadap sebuah kenyataan mengecewakan di mana beberapa penulis yang sebelumnya pernah membahas seputar masalah ini telah bertindak gegabah dan mengkhianati amanah ilmiah. Pewaqaf yang disebutkan dalam surat pengesahan atau akta itu tidak lain adalah Al-Haj (Haji) Habib bin Buja' Al-Asyi. Mengenai riwayat hidup Haji Habib bin Buja' Al-Asyi memang belum diketahui, namun pewaqaf yang dimaksud dalam akta itu mustahil orang selain orang yang bernama Habib (bukan panggilan ataupun julukan, tapi nama), putera dari seseorang bernama Buja' (nama orang, bukan nama tempat).
Pedir Museum dan "CEO"-nya, Ananda Masykur Syafruddin, dan begitu pula Mapesa, tidak memiliki apapun kepentingan selain menginformasikan perihal arsip tersebut sebagaimana adanya, meluruskan dan mengembalikan segala hak kepada empunya, sambil berupaya mengalihkan pandangan kepada satu kesimpulan penting, yang jika dipadatkan dalam satu kalimat singkat, maka akan berbunyi: "Betapa hebatnya kekuatan waqaf!"
Lain dari itu, maka sama sekali bukan urusan Pedir Museum atau Mapesa, di samping juga tidak pernah punya niat untuk mengganggu apapun "permainan". Maka teruslah bermain orang-orang yang hendak bermain-main!
كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ رَهِينَةٌ
"Setiap pribadi bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya." (Al-Mudatstsir: 38)
Namun sekadar untuk mengingatkan, kiranya, juga perlu disampaikan:
الحق أحق أن يتبع والرجوع إلى الحق فضيلة
Kebenaran adalah sesuatu yang lebih pantas untuk diikuti, dan kembali kepada kebenaran merupakan suatu keutamaan.

https://youtu.be/btmeI5BBqbU

Oleh: Musafir Zaman
(Dikutip dari akun facebook Musafir Zaman di Group Mapesa)

Post a Comment

0 Comments