SYAIR IBADAH DARI TELUK SAMAWI


Bagian Isi dan kolofon dari Naskah Syair Ibadah
Koleksi Masyarakat Lhoksumawe




Pengantar.

Beberapa pekan yang lalu Aceh Darussalam Academy telah mempublikasikan sebuah berita tentang Almarhum Paduka Sultan Jauharul Alam yang mata uangnya dicetak di teluk Samawi akibat ianya dikudeta di Bandar Aceh Darusslam oleh Saiful Alam.dan tahun lalu Saya juga pernah mempublikasikan sebuah naskah yang kami peroleh di Pasi Ie Leubeu yang tammat di Teluk Samawi pada Zaman Sultan Syariful Alam Badrul Munir.

Berbicara Teluk Samawi yang sekarang kita kenal dengan Lhoksumawe adalah persoalan yang panjang , karena akan berkaitan erat dengan Samudra Pasai dan eksistensinya sebagai jalur sutra bahari dizaman kegemilangannya. Namun yang ingin kami sampaikan disini bahwa sejauh pengamatan dan ekpedisi yang pernah dilakukan oleh Cisah, bahkan saya sendiri dan beberapa rekan lainnya, literature ataupun kepustakaan dalam negeri berupa naskah kuno (Manuskrip: Bahasa Inggris dan Makhtutat: bahasa Arab) sangatlah jarang dijumpai di kawasan ini. Berbeda halnya dengan Pedir = Pidie, dan Aceh Besar yang menyimpan warisan intelektual yang sangat luar biasa jika dilihat dari ekspedisi yang kami lakukan sejak dua tahun terakhir.

Bulan yang lalu tepatnya 09, Agustus 2016 saya bersama saudara saya Arhas Peudada berencana melakukan Ekpedisi khusus untuk melacak khazanah Islam yang amat berharga tersebut. Dan alhamdulillah seraya memuji keagungannya kami mendapatkan informasi yang amat penting bahwa ratusan naskah tersimpan pada seorang masyarakat yang namanya diminta untuk dirahasiakan. Dalam koleksinya selama 18 tahun terakhir ia telah memperoleh lebih dari 800 naskah yang lebih dari setengahnya ialah berasal dari Pidie dan Aceh Besar. Selebihnya ia peroleh dikawasan Lhoksumawe dan Barat Selatan.





Beberapa naskah diantaranya yang sepintas saya lihat ialah naskah yang tergolong jarang ditemukan seperi Bidayatul Iman karangan Syaikh Nuruddin Ar-Raniry, Asrarul insan, Tibyan Fil Ma’rifati al-adyan, dan satu naskah yang baru pertama sekali saya lihat yaitu  ialah Syair Ibadah.  

Sepintas Tentang Syair.

Semester lalu dalam mata kuliah Seni Budaya Islam, Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam di Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Ar-Raniry saya mendapat materi tentang Syair dalam islam ketika membahasa Eksistensi Seni Islam. Dalam bahan kuliah yang kami peroleh diantaranya adalah beberapa hadist nabi Saw, yang dirawikan oleh beberapa perawi hadist yang terkenal seperti Bukhari, At-Turmudzi, dll.

Syair yang dikenali di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersama para sahabatnya adalah berbeza dengan al-ghina’ (nyanyian). Syair arab yang dimaksudkan adalah merujuk kepada lantunan suara dengan nada biasa seperti puisi, syair, atau sajak . 
Para ulama telah banyak mengahabiskan umur mereka dalam melakukan penelitian terhadap hadis-hadis Rasulullah Saw baik dari segi bahasa, makna maupun kandungan syri’at yang terdapat didalamnya, hal ini perlu untuk dilakukan melihat banyak hadis-hadis Rasulullah Saw yang hingga saat ini belum dapat dijangkau makna dan kandungannya, diantara hadis-hadis Rasulullah tersebut adalah hadis-hadis Rasulullah Saw yang berhubungan dengan syair.

berikut beberpa teks hadis yang menjelaskan kebolehan syair dan bersyair
عَنْ عَمْرِو بْنِ الشَّرِيدِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَدِفْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَقَالَ هَلْ مَعَكَ مِنْ شِعْرِ أُمَيَّةَ بْنِ أَبِي الصَّلْتِ شَيْءٌ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ هِيهْ فَأَنْشَدْتُهُ بَيْتًا فَقَالَ هِيهْ ثُمَّ أَنْشَدْتُهُ بَيْتًا فَقَالَ هِيهْ حَتَّى أَنْشَدْتُهُ مِائَةَ بَيْتٍ.
Artinya:        
Dari Amru bin al-Syarid dari Ayahnya ia berkata : ‘suatu ketika aku bersama Rasulullah Saw kemudian beliau berkata: “Apakah kamu mengetahui beberapa (bait) dari syair karya Umayyah bin ash-Shalt?”, aku menjawab : ‘ya’, beliau berkata: “lantunkanlah!”, kemudian aku melantunkan satu bait, beliau berkata: “lanjutkan” kemudain aku melantunkan satu bait, beliau berkata: “lanjutkan” hingga aku melantunkan 100 bait (syair)

Selain riwayat di atas terdapat pula riwayat lain sebagaimana yang dikeluarkan oleh al-Tirmidzi dalam sunannya
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ مَكَّةَ فِي عُمْرَةِ الْقَضَاءِ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ بَيْنَ يَدَيْهِ يَمْشِي وَهُوَ يَقُولُ: (خَلُّوا بَنِي الْكُفَّارِ عَنْ سَبِيلِهِ # الْيَوْمَ نَضْرِبْكُمْ عَلَى تَنْزِيلِهِ)
(ضَرْبًا يُزِيلُ الْهَامَ عَنْ مَقِيلِهِ # وَيُذْهِلُ الْخَلِيلَ عَنْ خَلِيلِهِ)
فَقَالَ لَهُ عُمَرُ يَا ابْنَ رَوَاحَةَ بَيْنَ يَدَيْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَرَمِ اللَّهِ تَقُولُ الشِّعْرَ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَلِّ عَنْهُ يَا عُمَرُ فَلَهِيَ أَسْرَعُ فِيهِمْ مِنْ نَضْحِ النَّبْلِ
Artinya :
Dari Anas Bahwasanya Rasulullah Saw masuk ke Makkah pada masa umrah dan Abdullah bin Rawah sedang berjalan di depan beliau sambil berkata :
“Berikan jalan kepada anak orang-orang kafir #Hari ini kami akan memukul kalian dirumah kalian
Dengan pukulan yang menghilangkan kesedihan dari peraduannya # Dan menjauhkan seorang kekasih dari kekasihnya
Umar kemudian berkata kepadanya : ‘wahai Ibnu Rawah dihadapan Rasulullah Saw dan didalam masjid al-haram kamu melantunkan syair?’ kemudian Nabi Saw berkata kepada Umar : “Biarkan dia wahai Umar sebab hal itu lebih mempercepat dari siraman yang baik.

Isi Syair Ibadah:

Qalbi dan Manhfii [Menahfi] dengan pikir    
sebilang nafsu tashawur(?) pikir
Sentiasa kerjanya zahir                                   
supaya tertentu syariat yang syakiri
tertib itu umur sembahyang
segenap rukun jangan berselang-selang
fardhu dan sunnah sekalian dibilang
amalkan olehmu jangan kepalang
sebab dosa kita belaka
makanya masuk kedalam neraka
demikianlah yang dicelitra
baik jua kalau(?) tuan amalkan
wajib diketahui yang membatalkan
supaya tahu kita membedakan
tertib itu rukun kesudahan
mengentar bilangan tiada berteladan
jikalau ada karunia burhan
disanalah pertemuan hamba dan tuhan
pindah tertib terlalu izzati
melihat tuhan kau amat-amati
segala fasiq yang tiada berbakti
keduanya buta mata dan hati
segala yang bertelinga wajib mendengarkan
jikalau berhati hendak yakinkan
segala yang bermata sangat peliharakan
haram dan makruh sangat bedakan
fardhu dan sunnah wajib kerjakan
janganlah lalai tuan hai sekalian
jikalau ada karunia burhan
diakhirat [r]ahmat beroleh kerjakan
kerjakan sungguh ilmu syariah
didalamnya itu tqrikat dan hakikat
jangan dimana mencari makrifat
dalam sungkaran ada pengikat
janganlah kau cari kesana kemari
wajah Allah itu tiada terperi
sungguhpun maujud kepada diri
Tuhan tiada dapat kirai
Melainkan ampun dan rahmat
Meminta pada tuhan empunya nikmat
Karunia tuhan amatlah sangat
Jangan engkau tiada harapkan nikmat
Sekuntum bunga bernama pekan
Harumnya [.... ]selingka puri
Jikalau lebih tuan buangkan 
Jikalau kurang tuan tambahi – Tammat kalam,
Syair ibadah fii yaumil sabti fii waqt ashar fii bilad teluk Samawi
Washahibuhu  Teku Peurada(?) yang penghulu segala manusia lagi masyhur
Kepada segala negeri dan dusun lagi elok parasnya dan
baik perangainya yang diselamatkan Allah kiranya
Imaannya dan amalnya min dar-
ad-Dunia Ila Dar al-
[a]khirat
Wakatibuhu Leubee  kampung Teluk yang hina dina lagi dza’if padahal bernaung dibawah
Qidamnya yaitu Teuku Perada[Peurada](?) yang amat mulia pada segala manusia lagi murah hatinya

# Manuskrip Koleksi Masyarakat, Lhok Sumawe.


Post a Comment

0 Comments